SEJARAH PERKEMBANGAN DESA MINGGIRSARI KECAMATAN KANIGORO KABUPATEN BLITAR

SEJARAH PERKEMBANGAN DESA MINGGIRSARI KECAMATAN  KANIGORO KABUPATEN BLITAR -
SEJARAH PERKEMBANGAN DESA MINGGIRSARI KECAMATAN KANIGORO KABUPATEN BLITAR KARYA TULIS Oleh: Nunung Meitasari (100731403625) DESA MINGGIRSARI KECAMATAN KANIGORO KABUPATEN BLITAR Juni, 2011 LEMBAR PENGESAHAN Karya tulis oleh Nunung Meitasari ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji. Blitar, Camat Kanigoro Suwadi, s.Sos NIP 1955 1002 197903 1 013 3X4 Blitar, Kepala Desa Minggirsari Drs. Saekhoni KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan karya tulis yang berjudul Sejarah Perkembangan Desa Minggirsari. Selain itu, tak lupa pula kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Suwadi, S.Sos selaku Camat Kanigoro, kabupaten Blitar. 2. Bapak Drs. Saekhoni selaku Kepala Desa Minggirsari 3. Kedua orang tua yang telah memotivasi untuk segera diselesaikannya penulisan karya tulis ini, sehingga dapat selesai tepat pada waktunya. 4. Pegawai kelurahan yang telah membantu dalam pencarian literatur serta semua pihak yang turut membantu dan mendukung kelancaran penulisan karya tulis ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyusunan karya tulis selanjutnya agar lebih baik lagi. Kami juga berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis, Juni, 2011 DAFTAR ISI Lembar Pengesahan i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii Daftar Gambar iv Abstrak v Biografi vii Bab I Pendahuluan 1 . 1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan 2 1.4 Tinjauan Pustaka 3 1.5 Metode Penulisan 7 Bab II Pembahasan 2. 1 Keadaan dan Wilayah Desa Minggirsari 9 Peta Desa Minggirsari 12 2.2 Awal Berdirinya Desa Minggirsari 13 2.3 Sejarah Perkembangan Desa Minggirsari 14 2.4 Bukti-bukti Peninggalan yang terkait dengan Sejarah Desa Minggirsari 33 Bab III Penutup 3.1 Kesimulan 37 3.2 Saran 39 Daftar Rujukan 41 Lampiran iii DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Lurah Karto Sentono 25 Gambar 2: Lurah Sastro Prawiro Muji 25 Gambar 3: Lurah Martadi 26 Gambar 4: Lurah Kasani 26 Gambar 5: Lurah Muhamad Dhuha 27 Gambar 6: Lurah Imam Bashori 28 Gambar 7: Lurah Drs. Saekhoni 29 Gambar 8: Situs Arca Mbah Bodho 32 Gambar 9: Sawah Pensiunan 33 Gambar 10: Sungai Brantas 34 ABSTRAK Meitasari, Nunung. 2011. Sejarah Perkembangan Desa Minggirsari Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar. Karya Tulis, Jurusan Pendidikan Sejarah, Program SI Universitas Negeri Malang. Camat Kanigoro: Suwadi, s.Sos., Kepala Desa Minggirsari: Kata kunci: sejarah, perkembangan, Minggirsari Desa Minggirsari merupakan salah satu desa di Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar yang memiliki Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang bermutu cukup tinggi. Hasil palawija yang sangat melimpah dan kekompakan ibu-ibu PKK serta para pegawai kelurahan menjadikan Desa Minggirsari sebagai desa percontohan. Setiap desa tentu memiliki sebuah cerita sejarah bagaimana desa itu terbentuk. Begitu juga dengan Desa Minggirsari yang mempunyai cerita bersejarah. Sejak zaman pemerintahan kerajaan Singhasari, Majapahit, hingga Kadipaten Blitar, Blitar telah menjadi sebuah tempat yang sangat berperan penting dalam bidang politik kerajaan. Banyak bukti-bukti sejarah dari kerajaan Singhasari yang dibangun di Blitar. Bukti-bukti tersebut menyebar di berbagai tempat di kabupaten Blitar. Salah satu tempat itu adalah Desa Minggirsari. Di Desa Minggirsari terdapat dua buah arca dwarapala yang merupakan peninggalan dari kerajaan Singhasari. Pada masa kepemimpinan Aryo Blitar III, kadipaten Blitar terjadi sebuah perang perebutan kekuasaan antar Aryo Blitar III dan Amangkurat. Pada perang tersebut, Amangkurat menang dan banyak pasukan dari Aryo Blitar III yang mati dan sebagin mengungsi ke daerah yang lebuh aman. Salah satu dari prajurit kadipaten Blitar itu adalah Ki Ageng Seneng. Ia merupakan Abdi Dalem kadipaten Blitar. Pada waktu iyu ia mengungsi ke sebuah tempat yang dekat dengan Sungai Brantas. Di tempat itulah dia sering mencari ikan yang hasilnya kemudian dimasak dan dimakan secara bersama-sama. Pada suatu hari ia merasakan rasa ikan yang sangat lezat di sebuah tempat dimana ia menepikan hasil ikan tangkapannya itu. Tempat itu kemudian dinamakan dengan nama “Minggirsari”. Dari cerita itulah Desa Minggirsari tumbuh. Desa Minggirsari pernah menjadi daerah jajahan karena daerah itu termasuk dalam wilayah Kadipaten Blitar. Pada masa itu wilayah Desa Minggirsari dijadikan daerah jajahan karena wilayahnya yang cukup luas yang menghasilkan tanaman perkebunan yang besar. Menjelang tahun 1922, Desa Minggirsari terbagi menjadi dua wilayah. Desa Mbrintik dan Karang Kendal. Kemudian ada perintah dari pemerintahan yang mengutus untuk menjadikan kedua desa itu untuk dijadikan satu desa. Akhirnya dari lurah masing-masing sepakat dan akhirnya siapa lurah yang memenangkan pilihan, maka menjadi lurah Desa gabungan yang bernama Minggirsari Desa Minggirsari kemudian tumbuh menjadi sebuah desa yang sangat maju dan berkembang. Mulai dari semakin padatnya penduduk, adanya pembangunan jalan, dan pendapatan ekonomi masyarakat. Semua kemajuan tersebut tentunya melewati berbagai proses yang membutuhkan waktu yang sangat lama. BIOGRAFI NUNUNG MEITASARI Lahir di Minggirsari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, 9 Mei 1992. Menempuh Sekolah Dasar di SDN Minggirsari, SMPN 2 Blitar, dan lulus dari SMAN 1 Blitar pada tahun 2010. Ia menempuh gelar SI Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Malang. Ia aktif di berbagai kegiatan. Menjadi bendahara Ta’mir Mushola Baitul Mutaqin, menjadi anggota Teater Jiwa dan Paduan Suara di SMAN 1 Blitar. Sekarang ia menjadi salah satu pengurus harian organisasi Blero di Universitas Negeri Malang. Pernah menjuarai lomba menulis karya tulis tingkat SMA di SMAN 1 Blitar dan puisi serta cerpen di Universitas Negeri Malang. Menjadi pemeran tokoh drama dalam drama kolosal Pemberontakan Peta di Kota Blitar. Menulis beberapa cerpen dan puisi serta karya tulis diantaranya: Murtad Secara Lisan, Jiwaku Menangis, Baru, Krisis Bahasa Jawa di Kalangan Masyarakat, dan karya tulis Sejarah Perkembangan Desa Minggirsari ini. vii BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minggirsari, salah satu desa di Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar yang sangat damai. Meskipun wilayahnya sangat sempit, namun mempunyai Sumber Daya Alam yang melimpah dan Sumber Daya Manusia yang cukup bermutu tinggi. Hasil tanaman palawija yang begitu banyak, menjadikan desa ini sangat makmur dan mampu menjadi sebuah desa percontohan. Di balik kekayaannya itu tentulah Desa Minggirsari mempunyai cerita bersejarah. Namun, akibat perkembangan zaman, semakin heterogennya masyarakat satu komunitas dan juga karena dampak dari berbagai kepentingan yang sangat kompleks, lambat laun, banyak masyarakat terutama yang awam dan para generasi muda tidak mengetahui dan peduli dengan bagaimana sejarah Desa Minggirsari. Pada umumnya mereka hanya sekedar menumpang mandi dan makan saja tanpa mengetahui seluk beluk desa yang mereka tempati. Maka tidak heran jika mereka menganggap bahwa desa Minggirsari tidak ada bedanya dengan desa-desa lainnya. Mengingat betapa pentingnya sejarah Desa Minggirsari bagi para generasi muda khususnya, maka karya tulis ini mengambil judul “Sejarah Perkembangan Desa Minggirsari”. Dengan adanya karya tulis ini, diharapkan bagi para generasi muda untuk selalu melestarikan warisan budaya dan peninggalan sejarah dari nenek moyang. Serta mencari informasi dan menggali berbagai sumber sejarah yang ada di wilayah tersebut untuk dapat dikembangkan lebih luas lagi sebagai ilmu pengetahuan di masa generasi yang akan datang. 1 1.2. Rumusan Masalah Menurut berita-berita sejarah tentang Desa Minggirsari yang telah ditemukan (walaupun hanya sedikit), dapat diduga bahwa sekurang-kurangnya pada tahun 1922, desa tersebut resmi menjadi sebuah desa yang sangat makmur. Selanjutnya dari uraian diatas maka rumusan masalah yang disajikan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keadaan dan wilayah Desa Minggirsari? 2. Bagaimana awal berdirinya Desa Minggirsari? 3. Bagaimana sejarah perkembangan Desa Minggirsari? 4. Apa saja bukti-bukti peninggalan yang terkait dengan sejarah Desa Minggirsari? 1 . Mendiskripsikan bagaimana keadaan dan wilayah Desa Minggirsari 2. Mendiskripsikan awal berdirinya Desa Minggirsari 3. Menjelaskan sejarah perkembangan Desa Minggirsari 4. Menjelaskan dan menyebutkan bukti-bukti peninggalan yang terkait dengan sejarah Desa Minggirsari 2 1.4. Tinjauan Pustaka Tiga daerah subur, yaitu Malang, Kediri, dan Mojokerto, seakan-akan "diciptakan" oleh Sungai Brantas sebagai pusat kedudukan suatu pemerintahan, sesuai dengan teori natural seats of power yang dicetuskan oleh pakar geopolitik, Sir Halford Mackinder, pada tahun 1919. Teori tersebut memang benar adanya karena kerajaan-kerajaan besar yang didirikan di Jawa Timur, seperti Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari, dan Kerajaan Majapahit, semuanya beribukota di dekat daerah aliran Sungai Brantas. Jika saat ini Kediri dan Malang dapat dicapai melalui tiga jalan utama, yaitu melalui Mojosari, Ngantang, atau Blitar, maka tidak demikian dengan masa lalu. Dulu orang hanya mau memakai jalur melalui Mojosari atau Blitar jika ingin bepergian ke Kediri atau Malang. Hal ini disebabkan karena saat itu, jalur yang melewati Ngantang masih terlalu berbahaya untuk ditempuh, seperti yang pernah dikemukakan oleh J.K.J de Jonge dan M.L. van de Venter pada tahun 1909. Jalur utara yang melintasi Mojosari sebenarnya saat itu juga masih sulit dilintasi mengingat banyaknya daerah rawa di sekitar muara Sungai Porong. Di lokasi itu pula, Laskar Jayakatwang yang telah susah payah mengejar Raden Wijaya pada tahun 1292 gagal menangkapnya karena medan yang terlalu sulit. Oleh karena itulah, jalur yang melintasi Blitar lebih disukai orang karena lebih mudah dan aman untuk ditempuh, didukung oleh keadaan alamnya yang cukup landai. Pada zaman dulu (namun masih bertahan hingga sekarang), daerah Blitar merupakan daerah lintasan antara Dhoho (Kediri) dengan Tumapel (Malang) yang paling cepat dan mudah. Di sinilah peranan penting yang dimiliki Blitar, yaitu daerah yang menguasai jalur transportasi antara dua daerah yang saling bersaing (Panjalu dan Jenggala serta Dhoho dan Singosari). 3 Meski di Blitar sendiri sebenarnya tidak pernah berdiri sebuah pemerintahan kerajaan. Akan tetapi, keberadaan belasan prasasti dan candi menunjukkan Blitar memiliki posisi geopolitik yang penting. Kendati kerajaan di sekitar Blitar lahir dan runtuh silih berganti, Blitar selalu menjadi kawasan penting. Tidak mengherankan jika di Blitar terdapat setidaknya 12 buah candi. Menurut Everett S. Lee ada empat faktor yang menyebabkan orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, yaitu: - Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal - Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan - Rintangan-rintangan yang menghambat - Faktor-faktor pribadi (Dasar-dasar Perencanaan Kota,Ir.Weishaguna dan Ir.Nurul Fauziah Rossi) (ABDURRAHMAN S; http://rahmanpl06.blogspot.com/2007/06/teori- migrasi.html). Sesuai dengan teori Everett S. Lee bahwa faktor yang menyebabkan orang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, yaitu: faktor-faktor yang terdapat di daerah asal, faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan, rintangan-rintangan yang menghambat. Begitu halnya dengan penyebab pindahnya Ki Ageng Seneng ke daerah Minggirsari diantaranya disebabkan oleh faktor yang terdapat di daerah asal yaitu adanya perang saudara antara Aryo Blitar III dengan Amangkurat yang menyebabkan kekalahan pada pihak Aryo Blitar III. Sedangkan faktor penarik dari daerah Minggirsari yaitu daerahnya yang terletak di daerah dekat Sungai Brantas memudahkan Ki Ageng Seneng mendapatkan ikan. Selain itu daerahnya yang berupa hutan dapat sebagai berlindung dari kekacauan Kadipaten Blitar. "Ada teori yang mengemukakan perjalanan perahu di Sungai Brantas ini bahkan menyusuri sepanjang alur Brantas dari Blitar hingga Surabaya. Itu antara lain menjelaskan mengapa ada gambar relief perahu di Candi Penataran di Blitar," kata arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono. Selain itu menjelaskan bahwa melihat fungsi vital panambangan bagi negerinya, Hayam Wuruk, Raja Majapahit, mengeluarkan Prasasti Canggu (1358 Masehi). Di prasasti itu disebutkan hak-hak istimewa yang diberikan kepada para penjaga tempat penyeberangan sungai. 4 Desa-desa di pinggir sungai (nitipradesa) yang menjadi lokasi panambangan merupakan daerah perdikan sebagai imbalan atas kewajiban menyeberangkan penduduk dan pedagang secara cuma-cuma. Dengan cara itu, warga dilibatkan untuk menjaga fasilitas penyeberangan. Ini menjelaskan bahwa dulu sungai Brantas ini menjadi sarana perhubungan dan perdagangan di sepanjang sungai Brantas ini dari daerah Blitar sampai dengan muaranya yang berada di Surabaya. Perahu ini memiliki makna atau arti yang sebagaimana pada masa lalu yaitu sebagai kelepasan atau yang dalam istilahnya dapat dikatakan sebagai pengantar roh nenek moyang ke alamnya. Ini ada hubungannya dengan salah satu relief yang berada di Candi yang berada di daerah Blitar yang juga terkenal yaitu Candi Penataran. Selain itu dulu raja Majapahit yang terkenal yaitu Hayam Wuruk sangat menghormati masyarakat yang berada di bantaran sungai Brantas dan memberikan hak istimewa karena daerah itu memiliki arti penting dalam perdagangan di kerajaannya. Dan bahkan Hayam Wuruk mengeluarkan prasasti Canggu (1358M) yang menjelaskan bahwa daerah di sekitar sungai Brantas itu diberikan hak istimewa berupa dibebaskan dari tanggungan membayar pajak. Penelitian kesejarahan dan geologi yang pernah dilakukan di wilayah Majapahit, delta Brantas, menyimpulkan bahwa kemunduran Majapahit selain disebabkan perseteruan keluarga juga dapat dihubungkan dengan mundurnya fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana geomorfologis yang salah satunya pernah tercatat dalam Babad Pararaton : bencana 1296 Caka (1374 M) “pagunung anyar” yang pernah saya tafsirkan sebagai erupsi gunung lumpur (argumennya pernah saya tulis di milis ini beberapa bulan yang lalu, silakan dicek). Bencana ini terjadi pada tahun-tahun terakhir pemerintahan Hayam Wuruk. Diduga bahwa bencana serupa terjadi beberapa kali pada periode setelah Hayam Wuruk tiada. Penelitian Nash, ahli geohidrologi Belanda, dipublikasi pada tahun 1932 (James Nash -1932 , “Enige voorlopige opmerkingen omtrent de hydrogeologie der Brantas vlakte - Handelingen van 6de Ned. Indische Natuur Wetenschappelijke Congres”) bisa menjadi acuan tentang bagaimana dinamiknya bumi di bawah Majapahit itu. Rentetan bencana terjadi, sementara negeri tak terurus karena pejabatnya sibuk berkorupsi, apalagi kalau tak runtuh.

lengkapnya pdf Langsung saja download file berikut ini gratis
Klik Download Via Userscloud
Klik Download Via Tusfiles


Itulah materi tentang Materi Manajemen Kredit Risiko Perkreditan yang bisa anda manfaatkan sebagai bahan pelajaran atau mengajar menjadi guru atau dosen.

Related Post

Belum terdapat comments pada "SEJARAH PERKEMBANGAN DESA MINGGIRSARI KECAMATAN KANIGORO KABUPATEN BLITAR", silahkan berikan komentar pertama.

Post a Comment