PENGARUH TERAPI AKUPUNKTUR DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI PADA LANSIA DIPANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO
BAB 1
Abstract
Lansia sering terjadi peradangan pada tulang sendi, nyeri sendi juga diiringi adanya nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan. Dalam tindakan nonfarmakologik dapat dilakukan dengan memberikan kompres hangat atau terapi akupuntur yang dapat menurunkan nyeri sendi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi akupuntur dan kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Program Studi S 1 Keperawatan Darul ‘Ulum Jombang Tahun 2015 Desain penelitian yang digunakan Quarsy Experiment dengan desain Pretest-Postest Control Group Desingn, Variabel independent : terapi kompres hangat dan akupuntur, dependent : nyeri sendi pada lansia. Populasi seluruh lansia dengan hipertensi dipanti Werdha Mojopahit Mojokerto teknik sampling yang digunakan : purposive sampling didapatkan sampel 18 responden, kemudian hasil uji t test dengan tingkat kemaknaan ≤ 0,05. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada pengaruh terapi akupuntur terhadap nyeri sendi pada lansia yang bermakna dikarenakan p-value (0,062) > (α = 0,05), ada pengaruh pemberian kompres hangat terhadap nyeri pada lansia yang bermakna p-value (0,014) < (α = 0,05) dan ada perbedaan pengaruh terapi akupuntur dengan kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dikarenakan p-value (0,000) < (α = 0,05). Hasil penelitian menerangkan ada perbedaan penurunan intensitas nyeri dari masing-masing terapi yang diberikan, yang artinya pemberian perlakuan dengan terapi akupuntur dan kompres hangat memiliki kesamaan pengaruh. Hal ini dikarenakan proses metode kedua perlakuan yang berbeda yaitu terapi akupuntur menggunakan metode penusukan jarum pada daerah nyeri, sedangkan kompres hangat memberikan air hangat dalam botol atau kantong
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensoris dan emosional yang
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang
sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti
mengalami dan merasakan nyeri selama perjalanan hidupnya. Perasaan nyeri
kualitas dan kuantitasnya berbeda dari satu orang ke orang lain, tergantung
dari tempat nyeri, waktu, penyebab dan lain – lain. Perubahan tubuh terjadi
sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan
tubuh. Seiring dengan proses menua dan bertambahnya usia maka akan
timbul berbagai masalah terutama masalah ketidak puasan fisik yang
mengakibatkan gangguan pada fungsi muskuluskeletal. ( Nasution, 2006).
Masalah fisik yang di alami akibat proses degeneratif terutama
menyerang pada persendian di akibatkan adanya permukaan sendi dan tulang.
Lanjut usia akan sering terjadi peradangan pada tulang sendi yang merupakan
respon tubuh yang normal terhadap cidera dan berperan penting dalam
penyembuhan atau mengurangi infeksi. Nyeri sendi juga diiringi adanya nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan.
(Manjoer dkk, 2001).
Penderita nyeri sendi di seluruh dunia telah mencapai angka 355
juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia menderita nyeri sendi. Di perkirakan
angka terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25%
akan
mengalami
kelumpuhan.
Organisasi
1
kesehatan
dunia
(WHO)
2
melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit nyeri sendi.
Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang
berusia 55 tahun (Wiyono,2010)
Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008,
prevalensi nyeri sendi di indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini
menunjukkan bahwa rasa nyeri sendi sudah cukup mengganggu aktivitas
masyarakat indonesia. Berdasarka data di UPT Panti Werdha Mojopahit
kabupaten Mojokerto terdapat 40 lansia dan ditemukan 18 lansia yang
menderita nyeri sendi. Mereka mengatasi dengan cara yang sederhana dan
mudah di lakukan yaitu dengan mengkonsumsi obat – obatan yang di jual di
tempat umum.
Lanjut Usia dengan nyeri kronik biasanya mengalami perubahan
fungsi pada sendi – sendi, kekuatan otot, gerak langkah, postur, mobilitas,
tingkat kebugaran dan ketergantungan sebagai akibat dari nyeri yang di
derita. Perubahan pada sistem imun, hormonal, metabolik dan terjadi
degeneratif pada tulang akan menyebabkan peradangan pada selaput bagian
dalam
kapsul
pembungkus
sendi(sinovim),
peradangan
sinovim
menyebabkan produksi cairan sendi bertambah banyak sehingga membuat
sendi bertambah bengkak dan nyeri. Pada saat nyeri di rasakan, di mulai suatu
siklus, yang apabila tidak diobati atau tidak di lakukan upaya untuk
menghilangkannya, dapat mengubah kualitas kehidupan individu secara
bermakna. Mahon (1994) mencatat bahwa nyeri dapat memiliki sifat yang
mendominasi, yang mengganggu kemampuan individu berhubungan dengan
orang lain dan merawat diri sendiri. Nyeri itu sendiri dapat memiliki dampak
3
yang besar terhadap kualitas hidup pasien. Efek nyeri dapat menyebabkan
penurunan aktifitas, isolasi sosial, gangguan tidur, kecemasan dan
depresi.(Poter & Pery,2005).
Dampak nyeri memerlukan penanganan yang spesifik yaitu dengan
cara pengobatan farmakologi dan nonfarmakologi. Pengobatan farmakologi
salah satunnya adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat
menghambat produksi prostaglandin dari jaringan – jaringan yang mengalami
inflamasi, penggunaan obat – obatan tersebut bisa menimbulkan efek
samping depresi pernafasan dan sedasi, mual muntah, konstipasi, adiksi serta
menyebabkan gangguan pada gastrointestinal. Sedangkan dalam tindakan
nonfarmakologik dapat di lakukan dengan memberikan kompres hangat atau
dengan menggunakan terapi akupuntur yang dapat menurunkan nyeri sendi.
Kompres hangat merupakan pemberian rasa hangat kepada pasien
untuk mengurangi rasa nyeri dengan menggunakan cairan yang berfungsi
untuk melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan pembuluh darah.
Sedangkan Akupuntur adalah salah satu bentuk metode komplementer
alternatif yang semakin banyak di gunakan oleh masyarakt di dunia.
Penggunaan akupuntur tidak hanya terbatas pada negara – negara di asia
tetapi juga pada banyak negara barat seperti di Eropa dan Amerika. Penelitian
tentang akupuntur juga semakin berkembang baik berupa penelitian dasar
tentang cara kerja akupuntur maupun penelitian – penelitian klinis tentang
manfaat akupuntur dalam mengulangi berbagai penyakit. Salah satu manfaat
yang banyak di teliti dalam penanggulangan kasus – kasus nyeri. Berbagai
4
penelitian dasar telah menunjukkan mekanisme akupuntur dalam menangani
kasus nyeri terutama kasus nyeri neuromuskuloskeletal.
Berdasarkan uraian di atas salah satu penanganan non farmakologis
yang di gunakan dalam penurunan nyeri sendi pada lansia adalah kompres
hangat dan terapi akupuntur. Sehingga hasil penelitian di harapkan dapat
memberikan masukan terhadap penanganan nyeri sendi pada lansia di Panti
Werdha Majapahit Mojokerto.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat di rumuskan
pernyataan masalah sebagai berikut “ Membandingkan Terapi Akupuntur
Dan Terapi Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia
Di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto ?.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Menganalisis Perbedaan Terapi Kompres Hangat Dan Akupuntur
Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Panti Werdha Mojopahit
Mojokerto.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Menganalisis penurunan nyeri dengan terapi kompres hangat pada
lansia Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.
5
2. Menganalisis penurunan nyeri sendi dengan terapi akupuntur terhadap
nyeri sendi pada lansia Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
3. Menganalisis perbedaa Pengaruh terapi kompres hangat dan akupuntur
terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia Di UPT Pelayanan Sosial
Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Toritis
1. Bagi Peneliti
Peneliti
dapat
mengenal,
mempelajari, mengaplikasikan
pemberian terapi akupuntur dan kompres hangat terhadap penurunan
nyeri sendi pada lansia.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber data baru
yang bisa digunakan sebagai pemecahan masalah yang ada kaitannya
dengan penurunan nyeri sendi pada lansia.
1.4.2. Manfaat Praktisi
1. Bagi Pelayanan Panti Sosial
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif lain
dalam pemecahan masalah terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia
di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto dan pelayanan kesehatan
lainnya.
6
2. Bagi masyarakat
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh
terapi akupuntur dan kompres hangat dengan menggunakan alat
stimulator terhadap penurunan nyeri sendi.
Lengkapnya Langsung saja download file pdf berikut ini gratis
Klik Download Via Userscloud
Klik Download Via Tusfiles
Itulah beberapa artikel skripsi thesis atau materi yang bisa anda gunakan untuk bahan tugas dan ajar, semoga bermanfaat.
BAB 1
Abstract
Lansia sering terjadi peradangan pada tulang sendi, nyeri sendi juga diiringi adanya nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan. Dalam tindakan nonfarmakologik dapat dilakukan dengan memberikan kompres hangat atau terapi akupuntur yang dapat menurunkan nyeri sendi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi akupuntur dan kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto. Program Studi S 1 Keperawatan Darul ‘Ulum Jombang Tahun 2015 Desain penelitian yang digunakan Quarsy Experiment dengan desain Pretest-Postest Control Group Desingn, Variabel independent : terapi kompres hangat dan akupuntur, dependent : nyeri sendi pada lansia. Populasi seluruh lansia dengan hipertensi dipanti Werdha Mojopahit Mojokerto teknik sampling yang digunakan : purposive sampling didapatkan sampel 18 responden, kemudian hasil uji t test dengan tingkat kemaknaan ≤ 0,05. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada pengaruh terapi akupuntur terhadap nyeri sendi pada lansia yang bermakna dikarenakan p-value (0,062) > (α = 0,05), ada pengaruh pemberian kompres hangat terhadap nyeri pada lansia yang bermakna p-value (0,014) < (α = 0,05) dan ada perbedaan pengaruh terapi akupuntur dengan kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dikarenakan p-value (0,000) < (α = 0,05). Hasil penelitian menerangkan ada perbedaan penurunan intensitas nyeri dari masing-masing terapi yang diberikan, yang artinya pemberian perlakuan dengan terapi akupuntur dan kompres hangat memiliki kesamaan pengaruh. Hal ini dikarenakan proses metode kedua perlakuan yang berbeda yaitu terapi akupuntur menggunakan metode penusukan jarum pada daerah nyeri, sedangkan kompres hangat memberikan air hangat dalam botol atau kantong
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensoris dan emosional yang
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang
sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti
mengalami dan merasakan nyeri selama perjalanan hidupnya. Perasaan nyeri
kualitas dan kuantitasnya berbeda dari satu orang ke orang lain, tergantung
dari tempat nyeri, waktu, penyebab dan lain – lain. Perubahan tubuh terjadi
sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan
tubuh. Seiring dengan proses menua dan bertambahnya usia maka akan
timbul berbagai masalah terutama masalah ketidak puasan fisik yang
mengakibatkan gangguan pada fungsi muskuluskeletal. ( Nasution, 2006).
Masalah fisik yang di alami akibat proses degeneratif terutama
menyerang pada persendian di akibatkan adanya permukaan sendi dan tulang.
Lanjut usia akan sering terjadi peradangan pada tulang sendi yang merupakan
respon tubuh yang normal terhadap cidera dan berperan penting dalam
penyembuhan atau mengurangi infeksi. Nyeri sendi juga diiringi adanya nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan.
(Manjoer dkk, 2001).
Penderita nyeri sendi di seluruh dunia telah mencapai angka 355
juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia menderita nyeri sendi. Di perkirakan
angka terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25%
akan
mengalami
kelumpuhan.
Organisasi
1
kesehatan
dunia
(WHO)
2
melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit nyeri sendi.
Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang
berusia 55 tahun (Wiyono,2010)
Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008,
prevalensi nyeri sendi di indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini
menunjukkan bahwa rasa nyeri sendi sudah cukup mengganggu aktivitas
masyarakat indonesia. Berdasarka data di UPT Panti Werdha Mojopahit
kabupaten Mojokerto terdapat 40 lansia dan ditemukan 18 lansia yang
menderita nyeri sendi. Mereka mengatasi dengan cara yang sederhana dan
mudah di lakukan yaitu dengan mengkonsumsi obat – obatan yang di jual di
tempat umum.
Lanjut Usia dengan nyeri kronik biasanya mengalami perubahan
fungsi pada sendi – sendi, kekuatan otot, gerak langkah, postur, mobilitas,
tingkat kebugaran dan ketergantungan sebagai akibat dari nyeri yang di
derita. Perubahan pada sistem imun, hormonal, metabolik dan terjadi
degeneratif pada tulang akan menyebabkan peradangan pada selaput bagian
dalam
kapsul
pembungkus
sendi(sinovim),
peradangan
sinovim
menyebabkan produksi cairan sendi bertambah banyak sehingga membuat
sendi bertambah bengkak dan nyeri. Pada saat nyeri di rasakan, di mulai suatu
siklus, yang apabila tidak diobati atau tidak di lakukan upaya untuk
menghilangkannya, dapat mengubah kualitas kehidupan individu secara
bermakna. Mahon (1994) mencatat bahwa nyeri dapat memiliki sifat yang
mendominasi, yang mengganggu kemampuan individu berhubungan dengan
orang lain dan merawat diri sendiri. Nyeri itu sendiri dapat memiliki dampak
3
yang besar terhadap kualitas hidup pasien. Efek nyeri dapat menyebabkan
penurunan aktifitas, isolasi sosial, gangguan tidur, kecemasan dan
depresi.(Poter & Pery,2005).
Dampak nyeri memerlukan penanganan yang spesifik yaitu dengan
cara pengobatan farmakologi dan nonfarmakologi. Pengobatan farmakologi
salah satunnya adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat
menghambat produksi prostaglandin dari jaringan – jaringan yang mengalami
inflamasi, penggunaan obat – obatan tersebut bisa menimbulkan efek
samping depresi pernafasan dan sedasi, mual muntah, konstipasi, adiksi serta
menyebabkan gangguan pada gastrointestinal. Sedangkan dalam tindakan
nonfarmakologik dapat di lakukan dengan memberikan kompres hangat atau
dengan menggunakan terapi akupuntur yang dapat menurunkan nyeri sendi.
Kompres hangat merupakan pemberian rasa hangat kepada pasien
untuk mengurangi rasa nyeri dengan menggunakan cairan yang berfungsi
untuk melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan pembuluh darah.
Sedangkan Akupuntur adalah salah satu bentuk metode komplementer
alternatif yang semakin banyak di gunakan oleh masyarakt di dunia.
Penggunaan akupuntur tidak hanya terbatas pada negara – negara di asia
tetapi juga pada banyak negara barat seperti di Eropa dan Amerika. Penelitian
tentang akupuntur juga semakin berkembang baik berupa penelitian dasar
tentang cara kerja akupuntur maupun penelitian – penelitian klinis tentang
manfaat akupuntur dalam mengulangi berbagai penyakit. Salah satu manfaat
yang banyak di teliti dalam penanggulangan kasus – kasus nyeri. Berbagai
4
penelitian dasar telah menunjukkan mekanisme akupuntur dalam menangani
kasus nyeri terutama kasus nyeri neuromuskuloskeletal.
Berdasarkan uraian di atas salah satu penanganan non farmakologis
yang di gunakan dalam penurunan nyeri sendi pada lansia adalah kompres
hangat dan terapi akupuntur. Sehingga hasil penelitian di harapkan dapat
memberikan masukan terhadap penanganan nyeri sendi pada lansia di Panti
Werdha Majapahit Mojokerto.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat di rumuskan
pernyataan masalah sebagai berikut “ Membandingkan Terapi Akupuntur
Dan Terapi Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia
Di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto ?.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Menganalisis Perbedaan Terapi Kompres Hangat Dan Akupuntur
Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Panti Werdha Mojopahit
Mojokerto.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Menganalisis penurunan nyeri dengan terapi kompres hangat pada
lansia Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.
5
2. Menganalisis penurunan nyeri sendi dengan terapi akupuntur terhadap
nyeri sendi pada lansia Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
3. Menganalisis perbedaa Pengaruh terapi kompres hangat dan akupuntur
terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia Di UPT Pelayanan Sosial
Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Toritis
1. Bagi Peneliti
Peneliti
dapat
mengenal,
mempelajari, mengaplikasikan
pemberian terapi akupuntur dan kompres hangat terhadap penurunan
nyeri sendi pada lansia.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber data baru
yang bisa digunakan sebagai pemecahan masalah yang ada kaitannya
dengan penurunan nyeri sendi pada lansia.
1.4.2. Manfaat Praktisi
1. Bagi Pelayanan Panti Sosial
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif lain
dalam pemecahan masalah terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia
di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto dan pelayanan kesehatan
lainnya.
6
2. Bagi masyarakat
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh
terapi akupuntur dan kompres hangat dengan menggunakan alat
stimulator terhadap penurunan nyeri sendi.
Lengkapnya Langsung saja download file pdf berikut ini gratis
Klik Download Via Userscloud
Klik Download Via Tusfiles
Itulah beberapa artikel skripsi thesis atau materi yang bisa anda gunakan untuk bahan tugas dan ajar, semoga bermanfaat.
Belum terdapat comments pada "PENGARUH TERAPI AKUPUNKTUR DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI PADA LANSIA DIPANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO", silahkan berikan komentar pertama.
Post a Comment