PENGARUH METODE BERMAIN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

PENGARUH METODE BERMAIN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kegiatan bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat diperlukan oleh setiap
manusia tanpa memandang usia manusia tersebut. Khususnya untuk anak-anak
kegiatan bermain merupakan suatu kegiatan yang bersifat sangat penting. Bermain
dilakukan secara suka rela tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar atau kewajiban
(Hurluck, 2005). Kegiatan bermain menimbulkan “kenikmatan”, dan kenikmatan
itu menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya (Karl Buhier dan Schenk
Danziger.2001:45). Dalam kegiatan bermain dapat mengembangkan keterampilan
sosial, emosional, dan kognitif (Sujiono, 2010).

Kegiatan bermain dapat dilakukan sendiri atau pun secara berkelompok. Pada
umur 2- 6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan
orang orang diluar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya
sebayanya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan
bermain (Hurluck, 2005). Namun kenyataanya masih banyak anak-anak yang kita
temui bahwa mereka juga merasa nyaman bermain dengan dirinya sendiri atau
pun hanya sebatas bermain dengan orang tuanya dari pada bermain dengan
orang-orang baru yang mereka temui diluar lingkungan rumah. Padahal
perkembangan sosial anak ditandai oleh kemampuanya dalam menyesuaikan diri
dan mengembangkan tingkah laku sosialnya sehingga dapat bersosialisasi dengan
baik (Ayu Dutika Damayanti. 2009:20). Dalam hal ini diperlukan stimulus untuk
membantu anak beradaptasi dengan lingkungannya maupun dengan orang-orang
1

2

baru yang ada diluar lingkungan rumahnya. Salah satu stimulus tersebut adalah
dengan metode bermain kooperatif.

Menurut Survei Nasional AS komorbiditas dari 1994, fobia sosial adalah
gangguan kejiwaan ketiga paling umum di Amerika Serikat. Kajian yang lebih
mutakhir (2002) memperkirakan bahwa prevalensi anak fobia sosial berkisar dari
5%-10%, dengan rata rata 7%. Keadaan tersebut dapat mengganggu proses
perkembanggan sosial pada masa kanak-kanak awal. Apalagi pada saat anak
sudah masuk kelompok taman bermain yang seharusnya di taman bermain anak
sudah dapat bersosialisai atau pun mulai bisa terlepas dari orang tuanya. Tetapi
berdasarkan data hasil observasi dan wawancara pada guru pada tanggal 27
Februari 2014 di TK Darmawanita Desa Dawuhan Lor Kec. Purwoasri Kab.
Kediri didapatkan hasil dari total 21 siswa yang berada pada kelompok kelas A
didapatkan 50 % siswa yang masih belum bisa bersosialisasi dengan baik.
Keadaan ini terlihat dari prilaku yang ditunjukan oleh anak yang masih saja tidak
mau terlepas dari ibunya bahkan saat berada didalam kelas, misalnya saat menulis
anak masih saja meminta ibunya berada didekatnya atau pun membantu dia
menulis, pada saat jam istirahat anak meminta ibunya untuk menemaninya
bermain. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak belum
bisa bersosialisasi dan beradaptasi dengan baik.

Anak yang belum bias beradaptasi atau bersosialisasi dengan lingkunganya akan
mengalami hambatan dalam tugas perkembanganya. Tugas perkembangan anak
usia pra sekolah adalah Tahap berinisiatif versus bersalah initiative versus guilt.

3

Pada tahap ini anak mulai berinisiatif mencari pengalaman baru dan beraktivitas
melalui kemampuan indera-indera. Tahap ini membuatnya tidak mau banyak
dilarang (Erik Erikson, 1963). Pada masa ini anak sudah mulai lepas dari orang
tuanya, anak sudah mampu bergerak bebas dan berhubungan dengan lingkungan.
Namun jika anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya dan belum
bisa berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada diri anak.
Pada masa pra sekolah anak-anak sering bersikap dependensi. Dependensi yaitu
suatu keadaan dimana anak merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
Misalnya kecenderungan ingin selalu bersama orang tuanya. Dan dari sikap yang
demikian ini anak sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan dan teman
sebayanya.

Anak dapat diberikan stimulus, stimulus yang diberikan harus akrab dengan
kehidupan anak, sehingga anak terbiasa dalam menggunakannya. Stimulus ini
diberikan untuk membantu anak dalam bersosialisai dengan lingkungan, teman
sebaya dan orang-orang yang berada disekitarnya. Salah satu jenis stimulus yang
diberikan adalah dengan kegiatan bermain kooperatif yang diterapkan di taman
kanak-kanak yang diharapkan mampu mengembangkan kemampuan sosialisai pada
anak. Menurut Wong “Bermain kooperatif (kerjasama) yaitu bersifat teratur, dan anak
bermain dalam kelompok dengan anak lain. Mereka mendiskusikan dan
merencanakan aktivitas untuk tujuan pencapaian akhir untuk membuat sesuatu, untuk
mencapai tujuan kompetitif. Tujuan dan pencapaianya memerlukan pengorganisasian
aktivitas, pembagian kerja dan peran bermain hubungan pemimpin anak buah
ditetapkan secara jelas, dan aktifitas dikontrol oleh satu atau dua anggota yang

4

memerankan peran dan mengarahkan aktivitas orang lain. Aktivitas diatur untuk
memungkinkan satu anak menambah fungsi anak lain dalam mencapai tujuan (Wong.
2008:124).

1.2

Rumusan Masalah

Adakah Pengaruh Metode Bermain Kooperatif Terhadap Kemampuan Sosialisasi
Pada Anak Usia 4-5 Tahun?

1.3

Tujuan

1.3.1

Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode bermain
kooperatif terhadap kemampuan sosialisai pada anak usia 4-5 tahun.
1.3.2

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kemampuan sosialisasi anak usia 4-5 tahun sebelum
dilakukan terapi bermain kooperatif.
2.

Mengidentifikasi kemampuan sosialisasi anak usia 4-5 tahun sesudah
dilakukan terapi bermain kooperatif.

3.

Menganalisis pengaruh bermain kooperatif dengan kemampuan sosialisai
pada anak usia 4-5 tahun.

1.4

Manfaat Penelitihan

1.4.1

Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan dengan penelitihan ini bisa memberikan pengetahuan baru kepada
perawat tentang pengaruh terapi bermain kooperatif terhadap kemampuan

5

sosialisasi anak usia 4-5 tahun yang akhirnya pengetahuan tersebut dapat
diaplikasikan dalam praktek keperawatan.

1.4.2

Bagi institusi

Dapat digunakan sebagai masukan atau wawasan untuk diterapkan pada peserta
didik.

1.4.3

Bagi Pengembangan ilmu Pengetahuan

Dapat digunakan sebagai bahan acuhan, gambaran atau masukan untuk
penelitihan

selanjutnya,

sehingga

kekurangan-kekurangan

dari

penelitian

sebelumnya tentang terapi bermain dapat diperbaiki.

1.4.4

Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman yang nyata terhadap aplikasi ilmu
pengetahuan dan proses peneliti.


Lengkapnya Langsung saja download file berikut ini gratis

Klik Download Via Userscloud
Klik Download Via Tusfiles

Itulah beberapa artikel skripsi thesis atau materi yang bisa anda gunakan untuk bahan tugas dan ajar, semoga bermanfaat.

Related Post

Belum terdapat comments pada "PENGARUH METODE BERMAIN KOOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN", silahkan berikan komentar pertama.

Post a Comment